Los Angeles — Pemerintah Kota Los Angeles merilis kebijakan transportasi baru yang menuai berbagai reaksi dari masyarakat. Program yang diberi nama “Move LA Forward 2025” ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan, emisi karbon, dan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi, dengan memperluas jaringan jalur bus dan pengenalan sistem tarif baru yang berbasis zona.
Namun, tidak semua warga menyambut baik perubahan ini.
Inti Kebijakan Baru
Menurut dokumen resmi dari LA Department of Transportation (LADOT), kebijakan ini mencakup tiga pilar utama:
- Reorganisasi Rute Bus
Beberapa jalur bus lama akan digabung atau dipangkas, dan rute baru diperkenalkan untuk mendukung wilayah yang sebelumnya kurang terlayani. - Sistem Tarif Zona Dinamis
Tarif transportasi publik kini akan dihitung berdasarkan jarak dan waktu tempuh, menggantikan sistem flat-rate sebelumnya. - Pembatasan Mobil Pribadi di Zona Padat
Pada jam sibuk, akses kendaraan pribadi di beberapa bagian pusat kota akan dibatasi, khususnya di sekitar area perkantoran dan hiburan.
Wali Kota LA, Maria Gutierrez, dalam konferensi persnya mengatakan, “Kita tidak bisa terus-menerus menambah jalan untuk menyelesaikan masalah lalu lintas. Kita harus mengubah cara kita bergerak.”
Reaksi dari Warga dan Pengamat
Sementara para ahli transportasi menyebut langkah ini sebagai “reformasi berani dan perlu,” banyak warga mengungkapkan kekhawatiran mereka. Di beberapa komunitas, terutama wilayah South LA dan San Fernando Valley, warga merasa mereka akan terdampak negatif oleh penghapusan rute lama.
“Rute bus saya dari rumah ke tempat kerja di Koreatown dipotong. Sekarang saya harus naik dua kali dan itu artinya biaya bertambah,” kata Jessica Moreno, seorang pekerja restoran.
Pengamat transportasi dari UCLA, Dr. Raymond Lee, menyebutkan bahwa resistensi dari warga merupakan bagian dari proses transisi yang wajar. “Transportasi adalah soal kebiasaan. Kebijakan ini harus dibarengi dengan edukasi dan fase adaptasi agar tidak menimbulkan kegaduhan sosial.”
Potensi Dampak Positif
Di sisi lain, kebijakan ini dinilai bisa membawa perubahan besar dalam jangka panjang. Dengan berkurangnya kendaraan pribadi di pusat kota, kualitas udara berpotensi membaik. Selain itu, sistem tarif dinamis bisa membuat transportasi lebih adil—mereka yang melakukan perjalanan pendek tidak perlu membayar sama seperti pengguna jarak jauh.
LADOT juga mengklaim bahwa 40% dari pendapatan baru akan langsung dialokasikan untuk subsidi transportasi bagi warga berpenghasilan rendah, termasuk pelajar dan lansia.
“Jika benar dijalankan dengan transparansi, ini bisa menjadi model nasional,” ujar Dr. Lee.
Tantangan Implementasi
Namun, implementasi kebijakan ini tidak lepas dari tantangan teknis dan politik. Infrastruktur pendukung seperti sistem tiket digital, aplikasi pelacak bus real-time, dan papan informasi zona masih belum tersedia secara merata. Di beberapa halte, bahkan papan jadwal masih belum diperbarui.
Selain itu, kritik juga datang dari kalangan pebisnis yang khawatir pembatasan mobil pribadi bisa menurunkan jumlah pengunjung ke toko dan restoran mereka.
Aliansi Pemilik Bisnis Lokal LA mengirimkan surat terbuka kepada Dewan Kota untuk meminta evaluasi ulang beberapa zona yang terdampak langsung.
Kebijakan transportasi baru Los Angeles merupakan langkah ambisius dalam menata ulang wajah mobilitas kota. Meski respon awal bercampur antara optimisme dan skeptisisme, keberhasilannya akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk mendengarkan aspirasi warga, menyempurnakan infrastruktur, dan memastikan keadilan akses bagi seluruh penduduk kota.
Seperti halnya kota-kota besar lain yang pernah melewati masa transisi ini, perubahan memang tak selalu mudah. Tapi jika dilaksanakan dengan tepat, kebijakan ini bisa menjadi awal dari transformasi besar transportasi Los Angeles di era modern.